Rabu, 21 Agustus 2013

Ahok Kerja, Jokowi Wacana, Prabowo Makin Populer ( Pemilu 2014 makin mendekat, kasak kusuk dan silahturahmi untuk saling menjajaki kemungkinan berduet dan saling mendukung antar tokoh )

http://m.kabar24.com/images-data/posts/2013/01/08/123857/Pemilu-2014-spanduk-sosialisasi-Jibiphoto.jpg
Pemilu 2014 makin mendekat, kasak kusuk dan silahturahmi untuk saling menjajaki kemungkinan berduet dan saling mendukung antar tokoh yang kemungkinan maju makin sering terjadi, survey-survey oleh lembaga survey, baik lembaga survey yang independen maupun yang pesanan capres atau parpol tertentu, makin sering dilakukan dan diumumkan hasilnya kepada publik.
Hampir semua survey menempatkan gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi) di posisi paling atas dengan elektabilitas tertinggi, namun jumat tanggal 2 Agustus 2013 kemarin, ada hasil yang berbeda dari survey yang dilakukan oleh Focus Survey Indonesia (FSI), di mana hasil survey FSI menempatkan Prabowo Subianto di posisi paling atas, jauh mengungguli calon-calon lainnya, termasuk Jokowi.
Hasil survey FSI, sesuai penjelasan direktur FSI Nelly Rosa Juliana, dilakukan selama 10 hari, dari 18 Juli hingga 28 Juli 2013, dengan responden sebanyak 10.000 orang yang tersebar di 21 Provinsi, dengan margin of error sekitar 2,5 persen pada tingkat kepercayaan 98 persen.


Hasil survey FSI selengkapnya adalah sebagai berikut :
Calon presiden (20 orang capres)
1. Prabowo Subianto 27,4 persen
2. Megawati Soekarnoputri 12,7 persen
3. Joko Widodo 11,3 persen.
4. Wiranto (8,4 persen),
5. Hatta Rajasa (5,8 persen),
6. Aburizal Bakrie (4,9 persen),
Partai politik :
1. Gerindra 21,2 persen;
2. PDI Perjuangan 19,7 persen;
3. Golkar 17,1 persen;
4. Partai Demokrat 9,4 persen;
5. Hanura 7,9 persen;
6. PKB 5,7 persen;
7. PPP 5,1 persen;
8. NasDem 4,3 persen;
9. PAN 3,8 persen;
10. PKS 2,9 persen;
11. PKPI 1,6 persen;
12. PBB 1,3 persen.


Direktur FSI Direktur FSI Nelly Rosa Juliana mengatakan : “Kami independen, pembiayaan survei dibiayai oleh kami sendiri yang di dalamnya terdapat banyak LSM dan perusahaan. Survei ini bukan pesanan.
Menjawab pertanyaan media, mengapa Prabowo Subianto bisa menempati posisi paling atas survey FSI, Nelly Rosa Menjawab : “Tingginya angka itu didasari anggapan masyarakat tentang Prabowo yang tegas, pemberani, dan tidak mengeluh, serta berhasil membawa Gerindra sebagai partai yang konsisten memperjuangkan rakyat dan bersih dari korupsi.”


Pengamat survey Masiton Situmorang dari REPDEM ( Research Pendidikan Demokrasi) yang hadir saat jumpa pers rilis survey FSI mengatakan : “Awal mulanya survey opini yang menyangkut elektabilitas dan popularitas dalam pemilu dilakukan di Amerika Serikat pada tahun 1970an oleh sebuah lembaga survey yang bernama Gallup, karena itu masyarakat perlu dicerdaskan tentang lembaga survey yang ada di Indonesia. Dalam pemilihan gubenur DKI Jakarta semua lembaga survey yang komersil seperti LSI ,LSN, Indo Barometer dan Cirrus serta lembaga lainnya semua mengunggulkan pasangan Foke Nara jauh terhadap Jokowi Ahok, tetapi sebuah lembaga Survei baru yang bernama INES yaitu Indonesia Network Election Survei menjadi satu satunya lembaga yang memaparkan survey utk kemenangan pasangan Jokowi Ahok dengan presisi yang sangat tepat dengan sampel survey 10.000 responden. Dampak negative dari pemaparan lembaga survey yang komersil untuk menaikan popularitas tokoh dan dibantu oleh pemberitaan media yang gencar hanya akan menghasilkan pemimpin model seperti SBY yang ternyata tidak sesuai warna aslinya. Nah Jokowi jangan didorong jadi SBY kedua, biarkan Jokowi buktikan kinerjanya di Jakarta, karena hampir mendekati satu tahun belum ada yang dibuat oleh Jokowi untuk Jakarta dan hanya sebatas wacana , malah Ahok lebih banyak berbuat.”
Waduh, Masinton Situmorang sampai mengucapkan kata-kata yang membuat merah telinga pemuja Jokowi, bahwa “belum ada yang dibuat oleh Jokowi untuk Jakarta dan hanya sebatas wacana, malah Ahok lebih banyak berbuat.” Kalo Saya pikir-pikir, bener juga apa yang dikatakan Masinton Situmorang, maka Saya tambahkan biar makin jelas apa saja kinerja Ahok untuk membenahi Jakarta, dibanding Jokowi yang hanya blusukan keliling Jakarta seperti anak SD sedang tamasya.
Kinerja Ahok selama menjadi gubernur DKI Jakarta ;


- marah-marah kepada petugas dinas perumahan terkait rumah susun Marunda, ini link beritanya http://m.sindonews.com/read/2013/06/13/31/749342/pagi-pagi-ahok-marah-marah-ini-sebabnya
- marah-marah kepada Haji Gubar yang memblokir jalan masuk ke SMP 289 yang kabarnya meminta ganti rugi 3M, ini link beritanya http://www.solusinews.com/20130709/ahok-marah-ketua-rw-minta-ganti-rugi-rp3-miliar
- marah-marah kepada PNS DKI karena menulis notulen rapat tidak pakai laptop, menyuruh office boy untuk fotokopi dan anggaran pidato sampai Rp 1.2 milyar, ini link beritanya http://www.harianterbit.com/2012/11/02/wagub-ahok-marah-anggaran-pidato-rp12-m/
- marah-marah kepada buruh yang demo di jalanan bikin macet Jakarta yang memang sudah macet, ini link beritanya http://m.liputan6.com/news/read/580551/ahok-jakarta-macet-kalau-ada-demo-terus-kita-juga-bisa-marah
- marah-marah kepada petugas dinas PU agar anggaran proyek dipotong sekitar 25%, ini link beritanya http://m.okezone.com/read/2012/11/14/500/718194/ini-alasan-ahok-sewot-ke-dinas-pu
Itulah beberapa kinerja Ahok sebagai wakil gubernur DKI Jakarta, masih banyak contoh lainnya, tapi gak akan muat 5 halaman jika dituliskan semua. Hasil kerja dan marah-marah Ahok terbukti membawa Jakarta lebih baik. Dan kalo dipikir-pikir, benar juga apa yang dikatakan Jokowi, bahwa kinerja Jokowi belum terlihat selain blusukan (tamasya) ke pelosok Jakarta yang menurut FITRA menghabiskan biaya sekitar Rp 26.67 miliar setahun.
Selamat malam Indonesia
by: http://politik.kompasiana.com/2013/08/04/ahok-kerja-jokowi-wacana-prabowo-makin-populer-579087.html

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More