Senin, 26 Agustus 2013

CERPEN MENARIK CAMPUR GALAU= Kekasihku Mantan Kekasih Sahabatku

by: http://fiksi.kompasiana.com/cerpen/2012/05/04/kekasihku-mantan-kekasih-sahabatku-460471.html
Semenjak SMA aku dan Rifa berteman baik, susah senang bersama, menggila bersama, setelah lulus SMA Rifa berkuliah berbeda kota denganku, kami pun tetap berteman baik. Waktu liburan kuliah atau libur nasional biasanya kami sering menghabiskan waktu bersama. Sekedar melepas kangen, bernostalgia masa-masa SMA kami yang indah.
Hingga suatu saat Rifa mendapatkan seorang kekasih. Anisa namanya, saat itu aku pun sudah mempunyai seorang kekasih. Saat liburan kami sering jalan bersama. Bagaimana pun caranya setiap Rifa pulang kekotaku, aku harus ada waktu untuknya, aku tak mau membuat dia kecewa, jadi pilihan yang paling tepat adalah kami jalan dengan pasangan masing-masing secara bersama-sama. Tak hanya double date sih sebenarnya, ada beberapa teman masa SMA ku dulu juga yang sering ikut.
Awalnya aku sama sekali tak ada rasa ketertarikan pada Anisa, kekasih dari Rifa sahabatku. Anisa satu kota denganku, sedangkan Rifa berbeda. Aku sering dipercaya oleh Rifa menemani Anisa sekedar jalan-jalan. Nggak hanya berduaan, saat itu aku masih berstatus berpacaran dengan seorang wanita yang kurang bisa membuat diriku nyaman. Dia selalu cemburu berlebihan kepadaku, termasuk cemburu kepada Anisa, padahal aku tak pernah terlintas untuk sekedar suka kepada Anisa, dia kekasih sahabatku. Aku tak mau dibilang pagar makan tanaman.
http://sepocikopi.com/wp-content/uploads/2009/08/i_don__t_want_your_flower_by_humminggirl.jpg

Hari demi hari hubunganku dengan kekasihku memburuk dan akhirnya berujung putus. Tak ada gunanya mempertahankan hubungan yang tak memberikan kenyamanan. Aku sudah setia, aku selalu sabar, aku sangat mengimbanginya. Tapi… ah sudahlah, aku tak mau membahasnya terlalu panjang lagi.
Saat mendengar kabar aku dan kekasihku putus Anisa terlihat sangat kecewa, dia agak merasa bersalah, dia beranggapan kekasihku yang sekarang sudah menjadi mantan itu tak suka melihatku dekat dengan Anisa. Aku dan Anisa  memang dekat, Rifa adalah sahabat baikku, aku mendapatkan kepercayaan untuk menjaga Anisa disini, aku tak mungkin main hati dengannya.
Sebulan berlalu, aku sangat menikmati kesendirianku. Hubunganku dengan Anisa masih sebatas teman biasa. Suatu malam, tak seperti biasanya Anisa mencurahkan isi hatinya tentang Rifa kepadaku. Anisa mulai  merasa jenuh dengan Rifa. Berbeda kota, sifat Rifa yang cuek, belum lagi mereka bertemu setahun mungkin hanya satu waktu, ya… waktu liburan panjang. Dia lelah menjalani hubungan seperti itu, dia butuh sosok seorang pria yang nyata, bukan hanya dalam bentuk basa-basi perhatian melalui SMS maupun telpon. Aku sebagai seorang sahabat dari Rifa hanya bisa menghibur hati seorang Anisa.
Sangat disayangkan, aku tak bisa mempertahankan hubungan Anisa dan Rifa. Mereka akhirnya memutuskan hubungan mereka secara baik-baik. Disini lah awal dari benih-benih cinta antara aku dan Anisa tumbuh. Aku mengakui Anisa sangat manis, sangat perhatian, tak banyak tingkah, sederhana. Jika sebelumnya aku tak pernah berkhayal jadi kekasihnya, kini aku sangat mendambakan seorang Anisa menjadi kekasihku. Selama ini kami berdua cocok, nyambung, punya banyak kesamaan. Mungkin jika Anisa merasakan hal yang sama denganku, dia akan berpikir searah denganku. Yak, kami berdua harus menghargai Rifa, walaupun jelas-jelas selama ini kami pure bersahabat, tetapi jika aku dan Anisa menjadi sepasang kekasih pasti ada dugaan yang menjurus ke perselingkuhan. Aku tak mau dicap sebagai perusak hubungan.


Dulu mungkin aku sering mengagumi, menyukai dan mendambakan seorang wanita menjadi kekasihku, namun bedanya sekarang aku tak mampu mengungkapkannya. Aku memendam rasa itu dalam-dalam, dalaaaaaam sekali kupendam didasar lautan hati. Tapi sedalam apa pun perasaan itu kupendam, akhirnya terbias juga dipermukaan mata.
“Kok kamu kayaknya akhir-akhir ini agak beda ya? kenapa kalau aku pandang selalu menghindar” disebuah rooftop pusat perbelanjaan saat itu Anisa membuka pembicaraan dengan pertanyaan yang sulit kujawab. Aku tau dia sudah bisa membaca perasaanku melalui caraku memandangnya. Memang benar apa orang bilang bahwa mata itu adalah jendela hati.
“Anisa, kita kan sudah kenal lama, sudah paham satu sama lain. Jujur aku ngerasa nyaman kalau dekat kamu” setelah menarik nafas panjang akhirnya aku mulai berani mengutarakan perasaanku sebenarnya.
“Maksud kamu?” begini lah susahnya menebak perasaan wanita, aku tak tau dia sudah mengetahui maksudku atau hanya ingin meyakinkan maksudku sebenarnya
“Aaa.. aaa.. aaakuuu… jatuh cinta padamu” dengan sedikit tergagap aku mengungkapkan perasaanku padanya, setelah itu aku memejamkan mata, aku belum siap mengetahui respon Anisa setelah aku mengatakan itu. Aku terus memejamkan mataku hingga akhirnya aku merasakan sentuhan lembut bibir Anisa dipipi kiriku. Aku pun bergegas membuka mata dan menolehkan wajah ke arah Anisa, dia hanya tersenyum penuh arti.


“Kenapa? bingung?” tanya Anisa kepadaku, senyumnya masih penuh arti
“Kamu mau jadi pacarku Anisa?” aku balik bertanya pada Anisa
“Coba kamu tutup mata lagi” jawab Anisa, aku pun mengikuti kemauannya, dan ternyata bibir lembutnya kembali mendarat di pipiku, tidak hanya sekali, tapi kali ini berkali-kali
“Masih butuh jawaban?”
Aku mengartikannya Anisa membalas cintaku. Dan memang benar adanya, Anisa memang benar-benar membalas cintaku. Kami sepakat memberi kabar ini kepada sahabatku Rifa yang mantan kekasih dari Anisa kekasihku sekarang. Meskipun awalnya Rifa sangat tidak merestui hubungan kami, toh… Akhirnya dia luluh juga, memang tak seharusnya persahabatan rusak karena cinta. Masih banyak cinta lain yang bisa Rifa dapat. Sedangkan aku, tak mau membuang waktu terlalu lama berpacaran dengan Anisa, 1 tahun kemudian kami sepakat melanjutkan kejenjang pernikahan. Ya begitulah jodoh, tak ada yang tau kapan datangnya. Cintaku pada Anisa datang karena terbiasa. Dan aku merasa menjadi orang paling beruntung didunia, mendapatkan istri tercinta dan tentunya sahabatku Rifa yang paling setia.

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More