Minggu, 18 Agustus 2013

Media Televisi Sentimen pada Bulutangkis ( Nasionalisme media, merdeka! )

http://duaribuan.files.wordpress.com/2013/08/brv1qpccqaaszvr-large.jpg
Bela-belain pagi nyetel TV, ingin menonton berita gembira dari Guangzhou. Karena kemarin tertinggal mengikuti siaran langsungnya, atau memang tidak ada TV yang live ya?setahu saya hanya siaran tunda jam 11 malam. Waktu yang enak untuk mendekatkan diri pada kasur. Dan semua tahu, kalau rekaman ya nggak seru, sudah tahu endingnya.
Kasihan bener bulutungkis, kalah komersil dibanding pertunjukan pembantaian timnas bola oleh Arsenal, Tim om Jose Mourinho dan lainnya. Beritanya juga bukan masuk headline, hanya nyempil dibelakang. Cuplikan gambarnya kebagian durasi minim sekali, pas poin terakhir saja. Padahal ini juara dunia lho, sekali lagi juara dunia.
Apresiasi minim, pelit memberi sanjungan pada pahlawan yang berhasil mengumandangkan Indonesia Raya di kandang macan, China. Duta bulutangkis rela tidak berlebaran di tengah keluarga mereka, demi merah putih. Kalau kalah dicaci maki tanpa henti, eh giliran menang, sepi-sepi saja, seperti tidak terjadi apa-apa. Miris.
Sepertinya media juga melihat, lebih penting kemenangan MU daripada Indonesia juara dunia. Gelar pertama Moyes lebih terhormat dijadikan pembahasan mendalam daripada 2 gelar dunia yang diraih  Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan,  Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir . Hingar bingar liga eropa yang baru dimulai lebih mendominasi.
Bulutangkis diperlakukan diskriminatif, padahal fakta berbicara. Bulutangkis yang bisa mengibarkan merah putih di negeri orang dengan gagah. Sementara sepak bola Indonesia baru taraf pertunjukan, jauh dari prestasi.
Nasionalisme media, merdeka!
by: http://media.kompasiana.com/mainstream-media/2013/08/12/media-televisi-sentimen-pada-bulutangkis-583544.html

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More