Senin, 26 Agustus 2013

Memimpikan Koruptor Indonesia Bunuh Diri ( “Saya tak punya muka lagi terhadap rakyat. Saya minta maaf telah mengecewakan Anda semua”. )


by: http://umum.kompasiana.com/2009/07/06/memimpikan-koruptor-indonesia-bunuh-diri-8174.html
“Saya tak punya muka lagi terhadap rakyat. Saya minta maaf telah mengecewakan Anda semua”.
Itulah statement mantan Presiden Korea Selatan, Roh Moo-hyun sebelum diperiksa Jaksa Penuntut Umum pada tanggal 30 April 2009. Nggak ada yang menyangka, duapuluh tiga hari setelah pernyataan itu, tepatnya 23 Mei 2009, Roo dikabarkan tewas akibat bunuh diri. Beliau diduga meninggal gara-gara melompat setinggi 20-30 meter di sebuah tempat yang dikenal sebagai Karang Burung Hantu. Jasadnya ditemukan di sekitar tempat itu dengan kondisi cedera parah di bagian kepala.
Roh Moo-hyun adalah contoh terakhir Pemimpin di abad-21 ini yang bunuh diri. Padahal beliau baru menjadi terdakwa skandal korupsi. Bahwa dalam sebuah intrograsi pihak Kejaksaan dengan mantan Presiden Korsel ini selama 13 jam, beliau didakwa telah menerima suap senilai 6 juta dolar US dari seorang Pengusaha sepatu. Padahal dakwaan tersebut sempat dibantah Roh. Namun, sebuah dakwaan tersebut sangat membuatnya terpukul. 
http://www.isi-indonesia.com/wp-content/uploads/bunuh-diri.gif

Barangkali buat Koruptor-Koruptor profesional di tanah air, peristiwa bunuh diri yang dialami Roh cuma jadi bahan guyonan. Mereka pasti melebelkan (baca: mengecap) Roh sebagai manusia tolol, bahlul, goblog, dan makian lain. All the best Coruptors in this Country menganggap, seharusnya Roh nggak perlu sampai bunuh diri, apalagi baru didakwa. Bukankah bunuh diri itu menjadi musuh Tuhan?
Betul! Nggak salah! Bunuh diri adalah tindakan yang dibenci Tuhan. Gw memang nggak menganjurkan Koruptor di Indonesia melakukan tindakan sebagaimana Roh. Bunuh diri semacam semiotik. Sebuah simbol, dimana Pemimpin yang Korup harusnya malu hati. Meski baru masuk ke daftar sebagai Terkakwa, namun hal tersebut biasanya sudah mengindikasikan telah melakukan tindakan korupsi.
Namun sayang seibu kali sayang, orang di Indonesia ini baru ketahuan nggak punya malu. Ini yang membuat sebuah ambiguitas. Katanya orang Indonesia punya budaya malu, toh realitanya orang-orang yang sudah melakukan tindakan korupsi tetap aja nggak punya malu. Nggak percaya? Ada Koruptor yang sudah masuk penjara sampai saat ini tetap jadi Ketua Umum. Ada Koruptor yang sudah sempat mendekam beberapa bulan di sel Polda berani mencalonkan diri jadi Calon Presiden. Ada Koruptor yang sempat menikmati sel Cipinang, kemarin sempat menjadi Calon Anggota Legislatif. Dan masih banyak contoh ketidaktahumaluan Koruptor-Koruptor di Indonesia.


Itulah yang terkadang gw sebel. Itulah yang kemudian gw memimpikan, kapan Koruptor-Koruptor di Indonesia ini diberitakan tewas bunuh diri? Memang hal tersebut boleh jadi sesuatu yang nggak mungkin. Yaiyalah! Look at them, mereka nggak punya malu gitu, kok! Kalo gw pikir, selain mereka (baca: Koruptor) yang nggak tahu malu, rekan-rekan yang ada di lingkaran mereka juga yang nggak tahu malu. Sudah tahu Koruptor, eh masih diangkat jadi Ketua Umum. Sudah tahu Koruptor, eh masih dipilih jadi Anggota Legislatif. Yang lebih parah lagi, sudah tahu bakal menjadi Koruptor, masih dipilih jadi Presiden. Maksudnya Presiden taksi, cong! Kan Capres-Capres sekarang baik-baik, ya nggak? Nggak mungkin korup!
“Anak baik-baik dari Hong Kong!”
“Terserah loe, deh!”
“Mereka itu kan…..”
“Mereka itu anak baik-baik, tahu?! Makanya gw pilih no 1, no 2, dan no 3!”
“Lah?! Itu namanya golpot, cong!”
“Lho, itu tanda keadilan! Inga! Inga! Mereka anak baik-baik!”
“Ah! Sak karep mu dewek lah!”
Ini yang kata Tuhan sebagai salah satu tanda-tanda kiamat. Tuhan marah gara-gara manusia sudah mencabut rasa malu dalam diri. And now, budaya nggak malu merebak dari hulu sampai hilir. Nggak malu lagi mengutip uang Rp 20 ribu/ orang saat bikin KTP. Nggak malu menitipkan uang Rp 100 ribu di dalam plastik STNK pada saat ditilang Polisi. Nggak malu lagi memeras bank atas nama partai demi mendapatkan uang. Nggak malu lagi membuat proyek akal-akalan pengadaan peralatan balai latihan kerja. Nggak malu-malu mengucurkan dana Bank Indonesia sebesar 100 miliar. Nggak malu lagi melakukan money laundry senilai Rp 10,7 triliun dan Rp 16,5 juta dolar US. Nggak malu-malu mengelapkan dana senilai Rp 7,5 miliar buat dibagi-bagikan ke 75 anggota DPRD. Nggak malu-malu menyuap Hakim dengan uang senilai Rp 550 juta. Nggak malu-malu menerima amplop senilai 1.000 dolar US. Dan nggak malu-malu lain yang nggak bisa gw utaran lagi, karena sudah terlalu banyak.


Gara-gara budaya nggak malu-malu, gw jadi ikut-ikutan nggak malu-malu. Apa yang gw lakukan? Apakah gw korupsi? Ah, belum dapat kesempatan korupsi, tuh. Jadi gw melakukan tindakan nggak malu-malu dengan cara menggunakan hotpants. What?! Are you crazy?! No, I’m fine, thanks you. So, nggak heran kalo betis, paha, dan kalo pakai hotpants supermini bunderan pantat gw terlihat jelas. Putih mulus. Gw nggak peduli sejarah hotpants yang menyebutkan dipakai sama cewek yang karakternya ke-pria-pria-an alias tomboy. Emang gw yang cowok ke-wanita-wanita-an nggak boleh? Dikatakan pula, hotpants mulai dipakai oleh para Pekerja Seks Komersial (PSK) di awal tahun 70-an sebagai pengganti miniskirt. Gw nggak peduli, tuh! I really don’t care at all!
”Elo kan bukan cewek, cong!”
“Emang kenapa kalo gw cowok pake hotpants? Emang situ ok?!”
“Ya, najis tralala aja cowok pake hotpants….”
“Hi! Denger ya mein Freund! Masih mending cowok pake hotpants elo bilang najis! Daripada cewek pake hotpants bikin birahi cowok-cowok memuncak? Lagipula sekarang ini gw lagi promosi ‘budaya jangan malu’! Ngerti nggak loe?”
“Maksud loe?”
“Budaya dimana kita sebagai bangsa yang beradab ini yang katanya toleransinya begitu tinggi, dan gotong royong, nggak malu-malu lagi melakukan tindak korupsi. Nggak malu-malu lagi melakukan pelanggaran HAM dan siap memimpin Negara. Nggak malu-malu lagi menjadi Ketua Bidang Agama dan membuat video mesum di sebuah kamar hotel dengan seorang Pelacur. Nggak malu-malu lagi pergi ke Mekkah berkali-kali buat naik Haji tapi tetap jadi Preman yang mengutip uang di diskotek-diskotek. Tentu saja nggak malu-malu lagi pake hotpants atau sexy dress di public area.”
“Alamak! Kita ini lagi ada di Indonesia apa bukan sih?” kata teman gw sambil memukul jidat dengan tangannya. Plok!
“Udah sana, elo bunuh diri aja kayak mantan Presiden Korsel Roh Moo-hyun!”

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More