Jumat, 30 Agustus 2013

SISI LAIN ACARA PESBUKERS= Pesbukers, “Lucu” adalah Menghina dan Ngomong Kasar

by: http://hiburan.kompasiana.com/televisi/2013/04/09/pesbukers-lucu-adalah-menghina-dan-ngomong-kasar-549448.html
Ya seperti itulah penonton pesbukers, kebanyakan anak-anak sekolah, bahkan beberapakali menayangkan anak-anak sekolah itu masih memakai seragam.
Hanya bercanda! Untuk menghibur! Alasan itulah yang membuat caci maki, hina menghina, ngomong kasar, tindakan kasar, jadi sesuatu yang harus dimaklumi, bahkan harus ditertawakan. Itulah Pesbukers.
Setiap tingakatan pendidikan masyarakat pun sebetulnya mempengaruhi tingkatan humor mereka. Adakalanya humor politik tidak lucu untuk kalangan anak-anak sekolah, dan begitupula humor-humor anak-anak sekolah, bagi kalangan dewasa dan tingkat pendidikannya yang lebih tinggi, belum tentu diterima. Humor pun tergantung selera, tidak salah, memang itu adanya!
Tapi pesbukers, humor yang menunjukan kebodohan para pelawaknya, yang memang ditujukan untuk mereka-mereka yang bodoh, atau pura-pura pinter bahwa itu lawakan yang layak dan edukatif. Saya bukan orang pintar, tapi tahu bahwa humor dan lawakan bukan sesuatu yang menjadi “dunia bebas” untuk ngomong semaunya dan ngatain orang semaunya, apalagi terhadap kekurangan fisik dan kesederhanaan penampilan seseorang”.
http://www.tdwclub.com/attachment.php?attachmentid=7341&d=1357359451

Ngerti, ngerti saya kalau mereka berakting jadi orang miskin dan orang gila bahkan jadi maho sekalipun tidak begitu jadi masalah. Yang kadang begitu membuat saya miris adalah, saat ada penonton yang penampilannay sederhana, wajahnya terlihat kucel, lalu dikata-katain seenaknya, orang lain mentertawakannya, tapi sang penonton yang dikatain hanya tersenyum, senyum yang sangat menunjukan kebohongan bahwa dia menerima dihina. Itu lawakan?
Seseorang yang tampangnya tidak menarik disamakan dengan benda-benda menjijikan dan mengerikan atau pada hewan-hewan tertentu. Itu lawakan?
Seorang nenek-nenek atau kakek-kakek tanpa hormat dikatain seenaknya dari kelemahan fisik dan kelemahan geraknya, orang-orang harus menertawakan mereka. Itu lawakan?
Bahkan sempat saya tidak sengaja melihat pesbukers menampilkan Julia Peres sedang menerima telpon ibunya yang serius ingin menasehatinya. Jupe dengan tanpa bersalah dan hormat memanggil ibunya dengan menyebut namanya agar penonton tertawa. Penonton saat itu sepertinya tahu, lawakan Jupe sudah keterlaluan, yang mengiri tawanya pun sangat sedikit dan sebentar sekali.
Itu celaan yang ditujukan bukan pada pemain pesbukers. Kalau untuk sesama pemain pesbukers sendiri, haruskah saya menggambarkannya? Tentu sudah pada tahu. Pesbuker sangat kental dengan caci maki dan saling menjelakan, apalagi si Sapri memang dibayar untuk dijadikan bahan kekasaran para pemain pesbukers. Pantun untuk si Sapri adalah pantun yang menelanjangi semua sisi kelemahannya, dari fisik sampai kecerdasannya, semua dikuliti. Menulis ini bukan berarti saya kasihan pada si Sapri, semua pemain Fesbuker saya tidak suka.


Menurut saya, lawakan pesbukers adalah lawakan bodoh dan membodohi masyarakat, lawakan kasar dan mengajarkan ngomong kasar pada masyarakat. Jika mereka para humoris yang pintar, para pelawak yang kreatif, tentu akan menampilkan sesuatu yang lucu, dan kelucuannya itu pun tidak akan dibuat berlebihan. Dan jika mereka sebagai pelawak yang peduli pada masyarakat, pasti mereka akan menunjukan sisi edukatif acaranya, agar masyarakat bisa mengambil sesuatu yang baik dari suatu kelucuan. Tidak ada hal itu dipesbukers, atau sangat minim sekali.
Benar, pesbukers acara yang sangat tepat untuk memberi pelajaran kepada anak-anak agar terbiasa bercanda dengan menjelek-jelekan orang lain dan dengan bahasa kasar. Karena jam tayang pesbukers itu primetime, anak-anak tidak ada yang tidur pada pukul 18.00 – 19.30.
Orang tua yang berpendidikan atau yang mengerti, tentu “mengharamkan” anak-anak melihat acara itu. Tapi, bagaimana dengan anak-anak yang tersebar diberbagai kampung atau dimana saja? Yang orangtuanya tidak mengerti mana lawakan yang pantas dilihat anak-anak mana yang tidak? Penting, untuk menumbuhkan sisi edukatif pada anak-anak memilih acara TV itu sangat penting, bukan hal main-main. Apalagi orang tua yang jarang memantau anaknya, jarang bersamanya, TV atau media lainnya bisa-bisa dijadikan bahan rujukan perilaku mereka.

Tiga harapan ane. 1. Pesbukers hengkang dari TV, 2. Pesbukers pindah jam tayang ke malam hari, dimana sudah tidak ada anak-anak yang bangun pada jam tersebut, 3. Pesbukers dijadikan lebih edukatif dan hancurkan “kesan” menghina dina itu pantas dijadikan lawakan, 4. Tadi ane bilang cuma punya 3 harapan.
Harapan itu ane jadikan doa! Dan ane aminin doanya. Amin!
@HaterToLovers

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More