Rabu, 28 Agustus 2013

Terkait Wacana Tes Keperawanan ( Meruaknya isu tentang tes keperawanan bagi perempuan dalam melanjutkan dunia pendidikan )

by: http://edukasi.kompasiana.com/2013/08/24/terkait-wacana-tes-keperawanan-585991.html
Meruaknya isu tentang tes keperawanan bagi perempuan dalam melanjutkan dunia pendidikan, beberapa pekan ini menjadi topik pembicaraan yang mengundang pro dan kontra di dalamnya. Pada wacana tes keperawanan ini dilandasi atas tingginya tingkat masalah pergaulan bebas yang berindikasi pada terjadinya seks bebas khusunya di kalangan remaja (pelajar). Melalui wacana tes keperawanan diharapkan mampu menjadi upaya pemerintah untuk menekan tingginya tingkat masalah seks bebas pada kalangan pelajar yang terus meruak di masyarakat.
Pergaulan bebas yang berujung dengan terjadinya seks bebas di kalangan remaja bisa disebabkan oleh beberapa faktor. Pertama, kurangnya pengawasan dari agen sosial yang paling pertama dan utama yaitu, keluarga. Keluarga merupakan agen sosial pertama yang melakukan proses soialisasi awal diikuti dengan agen selanjutnya yaitu, kelompok sepermainan dan kelompok pendidik (sekolah). Orang tua, saudara terdekat lazimnya mencurahkan perhatiannya untuk mendidik anak supaya anak memperoleh dasar-dasar pola pergaulan hidup yang benar dan baik. Atas dasar kasih sayang itu, anak dididik untuk menegenal nilai-nilai tertentu, seperti nilai ketertiban dan ketentraman, nilai kebendaan dan keahklakan, nilai kelestarian dan kebaruan, dan seterusnya. Maka banyak dari mereka yang relatif cenderung terjerumus ke pergaulan bebeas adalah remaja yang keluarganya kurang berjalan harmonis. Ini bisa diakibatkan pada kurang harmonisnya hubungan dari kedua orang tua. Sehingga, dididikan atas dasar kasih sayang orang tua sedikit agak kurang Ia dapatkan. Peranan orang tua terhadap anak (baik yang masih kanak-kanak maupun yang sudah remaja) tidak dapat digantikan secara utuh oleh pihak-pihak lain. Oleh karena itu, apabila salah seorang orang tua mengalami perceraian atau meninggal dunia, diperlukan suatu proses penyesuaian yang sangat mendalam. 
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEihl-WeqSnaWq9T6yQ8SxUWY3fuIFSPYZ-7kx584Aa-BOmSdhEm5UIBW-Fz5qWqQ8wRZtoxqk2gFyTUGsFGKsJ3uUYIlfxUPhe6gsauUcRZndQ4LbVsW_5PAiWk2wc8VzUljWtbOcke0nk/s320/merenung.jpg

Kedua, agen sosial kedua yaitu, teman sepermainan juga menjadi salah satu faktor penyebab. Lingkungan pergaulan yang kurang sehat akan mempunyai peranan negatif terhadap remaja tersebut. Apabila ia berada pada lingkungan pergaulan yang kurang sehat maka besar kemungkinan Ia bisa ikut terbawa pergaulan yang sifatnya negatif. Kemungkinan terjadinya peranan-peranan yang negatif itulah yang senantiasa harus dicegah, baik oleh orang tua, para guru, dan pihak-pihak lain yang merasa bertanggung jawab terhadap masa depan yang benar dan baik para remaja.
Atas dasar masalah tersebut akhirnya pemerintah membuat wacana untuk melakukan tes keperawanan bagi kalangan pelajar. Yang kemudian menjadi pertanyaan adalah apakah hal ini akan mampu berjalan efektif atau hanya menimbulkan masalah baru di bangsa ini?
Analisis Peristiwa


Ketika pemerintah berwacana untuk melakukan tes keperawanan, hal yang sifatanya diskriminatif menyeruak. Pada wacana tes keperawanan ini ditakutkan bahwa suatu bentuk diskrimintaif terhadap perempuan akan menjadi masalah baru. Seolah-olah perempuan yang tidak lagi memiliki kehormatan diri tidak bisa melanjutkan pendidikan. Dengan kata lain akses pendidikian bagi perempuan terbatasi. Sehingga, hal-hal yang sifatnya diskriminasi antara perempuan dan laki-laki bisa terjadi. Bukankah hal yang menyangkut kehormatan diri itu adalah sifatnya pribadi bagi seseorang, bukan urusan hal yang harus memerlukan campur tangan orang lain.
Wacana ini juga kembali memperkuat isu gender di masyarakat nantinya. Tubuh perempuan dijadikan objek untuk mendapatkan sesuatu yang bersifat materil. Artinya, melalui tubuh perempuan (vagina perempuan) bisa dikomersialkan menghasilkan materil (uang) dengan biaya tes keperawanan nantinya. Lalu belum lagi ditambah dengan nasib bagi pelajar yang terbukti tidak lagi memiliki kehormatan diri. Aib Ia nantinya bisa menjadi konsumsi publik yang mengakibatkan beban mental yang berat dari pelajar tersebut. Psikis Ia justru sangat terganggu. Tekanan dari lingkungan juga pasti akan menjadi masalah baru, Ia akan mendapatkan bentuk tindakan assosial dari masyarakat. Assosial adalah suatu bentuk tindakan yang dikucilkan dari suatu kelompok. Hal-hal ini yang dirasa akan menimbulkan bentuk masalah masalah baru di bangsa ini.
Ketika negara-negara berkembang lain telah jauh melesat memikirkan model pembangunan yang visioner, strategis, berkualitas. Negara ini justru masih memikirkan hal-hal yang sifatnya sepele. Negara ini ibarat masih terus bergerak di tempat jauh tertinggal dengan negara-negara berkembang lainnya.

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More