Selasa, 27 Agustus 2013

CERPEN MENARIK= Kamu, Dia, dan Kelabu Cintaku

by: http://fiksi.kompasiana.com/cerpen/2013/07/12/kamu-dia-dan-kelabu-cintaku-576212.html
“Hidup tanpa cinta, bagai taman tak berbunga. Begitu kata pujangga cinta. Atau hidup tanpa cinta bagai sayur tanpa garam, hambar. Tak berasa.
Cinta. Akan indah bersemi, ketika masanya tiba, dalam ikatan sakral.” Satu bulan sebelum hari pernikahanku. Telah kami siapkan secara mendetail schedule yang akan kami kerjakan, agar tidak mensia-siakan waktu. Jika setelah resepsi aku dan calon suami, dan sebentar lagi menjadi suamiku. Balik ke Paris, karena Mas Heru dapat tugas kerja di Paris. Begitu pula dengan ku, di sana aku akan membatu sedikit pekerjaan Mas Heru dari sela-sela waktu cuti di Kantor. Aku dan Mas Heru telah membuat kesepakatan, jika telah menikah aku akan diam dirumah, kalau pun ada deadline menulis, atau seminar ke luar negeri, aku harus pergi dengan seizinnya.
Sekarang aku dan Mas Heru pulang ke tanah air, kita akan menikah di kampung Mas heru dan setelah di rumahku. Yang jarak lumayan jauh dari kampung Mas Heru.
“Sayang, aku ingin keluar sebentar. Ada yang perlu ku cari” Pamit Mas Heru, tanpa ku mengiyakan, ia telah berlalu. Hari ini aku juga ada janji dengan teman lamaku, “Satu jam lagi kita ketemu di tempat biasa kita nongkrong, ketika SMP.” jelas ku pada Vat diakhir telepon.

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhZVSSCTBEQ8-CTvdJL8_UA37Va9B0z1YcUVKPVkHdCcf5m4DDXBPBxTrADDpnw8p9C24lY4bJwEVeqnItwGXNOs4DkgDuSdOKD6dVjEzLrZoenGh8wPCxiquPY1e4jvSed0n861cK_jhkY/s320/Aku+Kau+dan+Dia.jpg
Aku sudah izin pada Mas Heru kalau hari ini, aku akan bertemu sahabatku.
“Hy.. Apa kabar? Loh kalian juga pada dateng? Aduh senang sekali kita masih bisa ketemu” cupika-cupiki sama sahabat yang sudah lima belas tahun kami tak berjumpa. Banyak perubahan, pada sahabat-sahabatku. Yang dulunya kita sering bolos waktu jam sekolah, atau suka mengerjain guru ketika sedang menerang pelajaran. Hah masa sekolah memang indah.
Sungguh aku tak percaya, “Vat, kamu gimana? Dengar-dengar sekarang jadi staf di Depag Departemen Agama. Ya? Tanyaku yang masih belum yakin, sahabatku telah menjadi orang sukses. “Iya, doanya saja semoga ditahun ini aku naik jabatan” jawabnya, “yang jelas hari ini aku bahagia kita bertemu. Aku takut, jika setelah nikah kita tak jarang ketemu apalagi berkumpul seperti ini, ” “Iya, yang pasti akan lebih bahagia lagi, jika kamu menyusul lita-kita. Yang sudah punya buah hati” balas Dinda,ia seorang perawat yang kini kerja di Rumah Sakit ternama di kotanya. Anaknya sudah dua, sebentar lagi akan bertambah. Dalam proses kehamilan, tiga bulan lagi akan bersalin, perkiraannya begitu. “he eh, pokoknya pas hari-H nanti kalian dateng, ya?” pintaku “nanti anakmu akan jadi pengantin kecilnya” anak Ria yang kutunjuk, berusia lima tahun, gadis yang cantik. Secantik ibunya. “Iya, pasti. Dia harus jadi saksi dihari pernikahanmu nanti” sahabat-sahabatku memang baik, sampai saat ini kita masih sama. Saling membantu. “dan anakku yang akan jadi pengantin prianya” sahut Esti yang sedari tadi asyik dengan Bebenya, karena anak bungsunya tidak di bawa. Pasti suaminya bertanya, kapan selesai acara reunian ini. “Kenapa nggak kamu bawa si kecilmu tadi?” tanyaku “Nggak apa-apa inikan acara kita” balasnya dengan senyum simpul.
Kebahagian saat ini, tak bisa kuutarakan. Ucapan terimakasih saja, rasanya tak cukup untuk membalas kebaikan mereka padaku.


“Mana yang bakal calon suamimu?” Vat mulai menanya, siapa gerangan yanga selalu ku ceritakan. Kalau Mas Heru adalah, orang yang pertama dan terakhir dalam hidupku.
“Iya nanti kalian akan lihat, tapi pas hari pernikahanku. Ya” sambil senyum ku jawab. Aku sengaja tak memperlihat foto Mas Heru pada mereka, biar penasaran.
“Iya deh, siapapun pangeran itu. Semoga kamu bahagia, aamiin. Dan jika kau perlu ada apa-apa, jangan sungkan untuk meminta bantuan pada kami.” kebaikan mereka membuatku menetes air mata, oh kalian sahabat tebaikku. Tanpa sadar kami bernostalgia semasa SMP.
Tak terasa sudah sore, pukul 18:30 WIB. Aku tahu mereka meninggal anak-anak dirumah, tentunya bukan ini saja yang harus mereka kerjakan.
Tak banyak bertanya, aku langsung berdiri. Aku yang akan bayar tagihan.
“Sepertinya, aku kenal dengan lelaki itu” batinku menggumam
diseberang meja kami, ada seorang pria dan tiga wanita disamping kanan, kiri, dan hapannya. Aku tak tahu siapa mereka? Tapi aku kenal betul, logat lelaki itu. Dia duduk menghadap menghadap membelakangi meja kami.


“kenapa Na? Apa kau kenal mereka?” tanya Dinda, mungkin dia melihat kenapa aku bengong berdiri saja. “Aku merasa kenal betul, dengan lelaki itu Din,” jawabku. Tak sabar ku dengan penasaran, ku coba menghampiri meja seberang sana.
“Hy” sapaku lebih awal. Aku tak percaya, dan tak tahu apa yang harus ku ucap. Kutatap lelaki yang sangat ku kenali, matanya beradu dengan mataku. Disamping kanannya wanita cantik, rambutnya terjurai panjang, lurus. Bola matanya cokelat. Seperti berlensa, alis mata yang berbentuk, hidungnya mancung. Sangat cantik. Tanpa disadari bajunyapun sama dengan lelaki yang ku kenali, merah hati. Berompi hitam, anroknya yang pendek membuat bola mata kaum adam melihatnya, terbelalak. sepertinya dia baru pulang dari kerja. “Siapa yah?” tanya wanita cantik itu “perkenalkan, saya calon isterinya Mas Heru” jawabku. Spontan dia kaget.

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More